“Kawan
yang tulus kadang memang lebih menyebalkan dari pada musuh yang menyamar, bekal
utama kebersamaan adalah kesabaran. Sebab kita tahu, perjalanan berombongan
lebih lambat dibanding sendirian, berkawan insan – insan mulia harus disertai
kesadaran, bahwa kita selalu harus “ sedang menuju “ kemuliaan ; bukan
telah sampai.
(Salim A. Fillah)
Tak pernah genap perjuangan ini disebut. Berawal satu tujuan
dan berujung pada muara yang tak berlainan membuat ritme tugas kita selalu
hilang dari peluh.
Suka, duka, riang, bahkan amarah bersahut-sahut menemani
“rasa” hingga penghujung waktu yang sebenarnya tak ada kecuali hanya karena
tenggat waktu.
Dan disana pula bekal kesabaran berkristalisasi menjadi
sebuah nilai karena kita dalam kebersamaan. Yang meski terlihat tak sempurna,
yang meski terlihat berlama-lama, yang meski terlihat bukan apa-apa namun ingatan
akan “sedang menuju” kemuliaan menggenapkan asa bahwa kita nyata berkarya.
KepadaNya lah kita harap ampun atas segala yang terlalaikan.
Dan setiap karya itu kita titipkan padaNya agar tak pernah sedikitpun menguap
karena “riya” yang membersamai perjalanan kita.
kepadaNya lah kita meminta tumpukan pahala. Hingga setiap
karya itu tak hanya sekedar menjadi hiasan dunia semata.
“ laa ilaaha illa anta, subhaanaka inni kuntu minadz dzaalimiin.. “
Kendatipun habis masa, ukirkan selalu
prestasi tertinggi untuk illahi. Terus bekerja dengan cinta…
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”