Begitulah. Kau tak akan
memiliki jika kau benar-benar ingin memiliki. Hey, ini diluar perasaan optimis
yang memang harus kita punya. Keinginan dalam konteks memaksa hanya akan
membuatmu terluka. Sesekali kehidupan kita diluar zona nyaman-bukan?
Tapi, tak ada yang
menyuruhmu berhenti berharap-kawan. Kita hanya akan memulai lagi
episode-episode baru yang lebih seru. Episode dimana harapan itu tersemat rapi
pada yang maha pantas untuk dijadikan tempat berharap. Siapa lagi? DIA yang mungkin
sering kita lupakan.
Jangan bersedih. IA tak
suka jika kau meneteskan air mata untuk kesia-siaan. IA hanya suka kau menangis
karenaNya. Hanya karenaNya. Jika yang berlalu dirasa menyesakkan, mungkin kau
lupa bahwa IA-lah yang maha meluaskan. Jika yang berlalu dirasa tak sesuai,
mungkin kau lupa bahwa IA-lah yang maha memantaskan.
Apapun. Sampai detik ini. Tak
akan pernah luput dari izinNya. Kebaikan, keburukan, apapun itu pasti terjadi
karena IA menginginkannya. Tugas kita adalah membuat apa yang diizinkan terjadi
berubah menjadi penuh keberkahan. Dalam kesulitan yang terjadi, ada keberkahan
jika kita hiasi dengan sabar. Dalam kesenangan yang terjadi, ada keberkahan
jika kita hiasi dengan syukur.
“Sungguh
mengagumkan melihat urusan orang mukmin, baginya, semua masalah adalah baik.
Dan, sikap yang demikian tidaklah terjadi kecuali oleh orang beriman. Jika dia
mendapatkan kebahagiaan dia bersyukur dan itu adalah hal yang baik baginya, dan
jika dia mendapatkan keburukan dia bersabar, dan itu adalah hal baik baginya.”(HR. Muslim No. 2999, Ibnu Hibban No. 2896)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar