google images-200613 |
Sejak kapan bermula aku sendiri tak tahu pasti.
Ia hadir membersamai derap langkah yang mulai melemah. Bukan. Ini bukan kisah
dua sejoli. Kau tahu? Setiap diri mestinya memiliki kawan sejati bukan?
Seperti itu yang kumaksud. Disaat pudar
semangat membara di dadamu. Ia tak ragu menjadi pasukan penyemangat
terdepan.Padahal aku tahu persis serapuh apa ia di dalam. Tapi kawan bukanlah
yang mengingat-ingat kelemahan diri. Melainkan memberi kesempatan bagi yang
lemah agar berlari lagi.
Berlari dan terus berlari. Banyak kata tak
mungkin menggaung jelas, tapi ia juga yang membuat kau yakin. Bukan pada dirimu
sendiri. Tapi yakin bahwa antara aku, dia, selalu ada ALLAH yang ke tiga. Yakin
bahwa anta kita, mereka, selalu ada ALLAH bersama kita semua.
Aku teringat saat baginda Nabi Muhammad saw dan
sahabat Abu Bakar berada dalam pengejaran musuh. Pada episode keadaan
terpojokkan, logikanya tak akan bisa selamat dari pengejaran, maka Rasulullah
menenangkan. Bahwa mereka tak hanya berdua, antara beliau dan Abu Bakar selalu
ada ALLAH yang ketiga, bahkan ALLAH lebih dekat daripada urat nadi mereka.
Kawan sejati, ia adalah orang yang ketika kita
memandangnya maka seketika kita mengingat ALLAH-Rabb kita. Ia bukan yang selalu
membenarkan bahkan saat kita salah. Ia justru kadang menjadi yang pertama kita
benci karena ketulusannya mengembalikan diri ini pada jalan Illahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar