Jika Anda sedang berjalan, kemudian mendapatkan nasihat dari
seseorang bahwa ada bahaya dalam perjalanan yang Anda tempuh.
Apa reaksi Anda? Ada banyak reaksi yang bisa terjadi. Semua
reaksi ini bisa terjadi spontan, tergantung bagaimana kondisi pikiran Anda.
Anda bisa mengatakan:
“Terima kasih telah memberi tahu saya.”
“Terima kasih telah mengingatkan.”
“Sok tahu! Saya juga tahu.”
“Emang siapa loe?”
“Bukan hanya bahaya, tapi menanjak juga!”
Anda bisa memilih sikap Anda. Mau yang mana? No 1 atau 2
adalah yang terbaik. Sebab orang itu justru akan menyelamatkan Anda. Nasihat
itu tanda cinta, maka sewajarnya jika kita berterima kasih karena
mendapatkannya tersebut.
Saya yakin, Anda tidak setuju dengan jawaban no 3 sampai 5.
Disini, ego kita yang muncul. Namun, sering kali banyak yang melakukannya tanpa
disadari.
Jika Anda Sudah Tahu Tentang Nasihat Itu
Bisa jadi, seseorang memberi nasihat kepada tentang sesuatu
yang sebenarnya Anda sudah tahu. Anda sudah menjalankannya selama ini. Anda
pernah membacanya. Anda pernah mendengarkannya. Namun, haruskah kita mengatakan
hal jelek terhadap pemberi nasihat. Anda berusaha menunjukan diri bahwa Anda
sudah tahu?
Tentu tidak, ingat bahwa nasihat tanda cinta. Meski kita
sudah tahu, anggaplah itu untuk mengingatkan. Mungkin Anda tidak lupa, tetapi
saat Anda mendengar secara berulang kali, maka akan lebih meresap ke dalam hati
Anda dan akan membentuk karakter dan kepribadian Anda. Itu adalah sesuatu
positif. Kenapa Anda harus menolaknya? Kenapa harus menunjukan ego sendiri?
Lihatlah Nasihatnya Bukan Orangnya
Terimalah nasihat meski Anda sudah tahu, bahkan saat Anda
yang sebenarnya lebih pantas memberi nasihat. Bisa jadi, orang yang memberi
nasihat tidak lebih tahu dibandingkan dengan Anda. Mungkin dia masih awam,
kurang ahli, kurang bijak dibandingkan dengan Anda. Namun, lihatlah nasihatnya.
Tidak perlu melihat orangnya, selama itu baik, bermanfaat untuk Anda, maka Anda
patut berterima kasih.
Tidak perlu mempertanyakan “siapa loe?” Ini artinya
kesombongan Anda muncul, merasa diri lebih hebat dibandingkan pemberi nasihat,
padahal bisa jadi dia tulus ingin membantu Anda.
Jika Nasihat Tidak Sempurna...
Ada Yang Salah
Bisa jadi Anda menerima nasihat yang salah. Itu bisa saja,
yang namanya orang tidak luput dari kesalahan. Atau bisa jadi nasihat itu salah
bagi Anda saja karena kondisi dan situasi Anda berbeda. Namun lihatlah niat
dibaliknya. Dia memberikan nasihat kepada Anda karena peduli. Mungkin salah
karena dia tidak tahu kondisi Anda yang sebenarnya. Anda tidak perlu
membantahnya, apalagi sambil marah atau menyerang dengan kata-kata yang tidak
baik.
Tetaplah menerima nasihat itu. Tetaplah berterima kasih
meski terlihat tidak berguna bagi Anda. Bahkan, jika sebuah nasihat seolah akan
menjerumuskan Anda, tetaplah berterima kasih. Jika perlu, berikan penjelasan
dengan cara yang baik bahwa nasihat tersebut tidak cocok dengan Anda. Jika
salah, jelaskan dengan cara yang baik pula. Jangan sampai cinta dan kepedulian
orang malah kita balas dengan sesuatu yang tidak mengenakan.
Nasihat Yang Tidak Lengkap
Pastinya, Anda akan menerima nasihat yang tidak lengkap.
Tentu saja, karena tidak mungkin semuanya dibahas dalam satu pembicaraan. Anda
akan selalu bisa melihat ada kekurangan dalam nasihat. Jika Anda meneirma
nasihat tentang menuntut ilmu, mungkin Anda melihat ada yang kurang. Bisa jadi
Anda mengatakan:
“Percuma menuntut ilmu, jika tidak diamalkan.”
Apa yang Anda katakan itu benar. Dimana masalahnya?
Pertama, Anda mengalihkan fokus. Mungkin pemberi nasihat itu
sedang fokus tentang menuntut ilmu. Sama sekali tidak ada perkataan yang
melarang amal atau tidak perlu diamalkan. Dia hanya sedang membahas ilmu. Saat
Anda mengatakan hal itu, sebenarnya itu muncul dari ego, ingin menunjukan diri
lebih tahu.
Kalau pun, nasihat itu dilanjutkan. Misalnya Anda harus
beramal, maka Anda bisa menjawab lagi:
“Percuma beramal jika tidak ikhlas.”
Sekali lagi, isi dari perkataan itu tidak salah. Yang salah
adalah sikapnya dalam menerima nasihat. Nasihat itu tidak pernah lengkap. Tidak
mungkin bisa membahas seluruh Al Quran hanya dalam satu buku, satu artikel,
apalagi satu status di halaman facebook.
Jika Anda hanya melihat apa yang kurang, maka Anda hanya
fokus pada kekurangan itu. Sementara fokus Anda dalam menerima akan hilang.
Kedua, jika Anda terus melihat kekurangan dan menunjukan
kekurangan tersebut, itu artinya Anda hanya mementingkan ego Anda. Nasihat
tidak akan berarti sama sekali jika Anda fokus mengurus ego Anda, jika Anda
ingin dilihat lebih tahu, lebih bijak, dan lebih pintar.
Orang sedang membahas masalah amal bukan berarti tidak tahu
tentang ikhlas, hanya saja dia sedang fokus membahas amal, saat itu. Mungkin
waktu yang lain, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, dia sudah atau
akan membahas tentang ikhlas. Mungkin karena kondisi Anda saat ini memang
kurang amal. Meski Anda tahu, amal itu harus ikhlas, tetapi jika amalnya tidak
ada?
Emangnya Gue Nggak Tau?
Satu lagi kasus, kadang ada orang yang sok pintar, dia
menasihati Anda karena dengan maksud merendahkan Anda atau menganggap Anda
tidak tahu. Bisa jadi dia memberi nasihat kepada semua orang karena dia ingin
dianggap hebat. Mungkin ada. Yang perlu kita perhatikan adalah
Tidak semua orang yang menasihati Anda bermaksud merendahkan
Anda. Jadi jangan selalu memunculkan ego atau melawan saat ada seseorang yang
menasihati Anda, karena bisa jadi dia orangnya tulus. Meski isinya Anda sudah
tahu, tetaplah berbaik sangka dan berterima kasih.
Jika isinya baik, kenapa tidak? Mungkin, sekali lagi
mungkin, seseorang bermaksud merendahkan Anda, namun jika isinya itu baik,
terima saja. Kita tidak akan pernah menjadi rendah karena menerima nasihat yang
baik. Fokuslah pada diri Anda.
Pada zaman sekarang, zamannya informasi, Anda akan mudah
menerima nasihat. Bisa melalui media, website, facebook, twitter, dan SMS.
Banyak sekali caranya. Jika kita menyikapinya dengan baik, maka nasihat-nasihat
yang datang akan mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih baik.
Subhanallah......
http://www.motivasi-islami.com/nasihat-yang-mengubah-hidup/comment-page-1/#comment-6505
Tidak ada komentar:
Posting Komentar